Berislam di tengah Multikulturasi; Resensi Novel Ayat-ayat Cinta 2
Siapa sih yang ndak tahu tentang novel ayat-ayat cinta. Novel seri pertama dari ayat-ayat cinta karya Habiburrahman el-Shirazi tersebut telah difilmkan pada tahun 2008 dan disutradarai oleh Hanung Bramantyo.Tetapi sangat disayangkan, banyak komentar miring -untuk tidak mengatakan negatif- pasca difilmkannya Novel Ayat-ayat cinta tersebut. Banyak komentar berhamburan yang mengatakn bahwa Film Ayat-ayat Cinta yang diproduksi oleh MD Pictures tak sebagus dan semenarik Novel yang digarap oleh Kang Abik (Sapaan Habiburrahman el-Shirazi).
Novel tersebut mengambil plot (setting) di dataran United Kingdom. Aishah yang menulis catatan tentang anak-anak Palestina, pergi bersama Alicia yang merupakan seorang Jurnalis untuk mengetahui keadaan langsung negara tersebut. Tetapi pasca perginya mereka berdua, Fahri mendapat kabar hanya sekali, setelah itu tidak ada kabar berlanjut. Sebuah kabar mengejutkan datang dari keluarga Alicia yang mengatakan bahwa Alicia tewas dengan kondisi yang mengenaskan. Lalu bagaimana dengan Aishah? Tidak pernah ada kabar tentang Aishah dan tidak ada yang tahu keberadaannya. Bahkan spekulasi muncul bahwa Aishah telah tewas sama halnya dengan Alicia. Tetapi tidak demikian dengan Fahri. Fahri merasa bahwa Aishah masih hidup. Inilah misteri yang menyelimuti perjalanan Novel Ayat-Ayat Cinta 2 yaitu perjalanan Fahri mencari Aishah.
Fahri kini tidak lagi menjadi Mahasiswa, ia mengajar di Edinburgh University, Skotlandia sebagai dosen. Dan di awal kisah fahri menggantikan tugas dari Profesor Charlotte untuk mengajar para mahasiswa tersebut bidang Filologi (Ilmu yang mempelajari Pranata suatu bangsa, baik sejarah ata pun budaya).Selain sebagai pengajar, Fahri juga berprofesi sebagai wirausahawan sebagaimana yang dijumpai dalam novel tersebut dengan usaha yang dimiliki Fahri. Meskipun begitu, Fahri tidak pernah kehilangan kedermewanannya, bahkan dengan sifat zuhudnya, harta Fahri tidak pernah habis walaupun sudah disebar untuk kepentingan sosial.
Dalam novel seri kedua tersebut, terdapat tokoh-tokoh baru mengingat Fahri tidak lagi tinggal di Kairo, Mesir. Ia tinggal di Stoneyhill Grove bersama Paman Halusi, lelaki tua berdarah Turki yang ditolong Fahri dan sekarang tinggal bersama Fahri menjadi Sopir pribadinya. Ada juga Nyonya Janet yang menjadi tetangga Fahri yang tinggal bersama kedua anaknya tetapi berbeda ayah, yaitu Jason dan Keira. Ada juga Brenda dan ada juga Nenek Caterina yang merupakan seorang Yahudi.
Membaca novel tersebut sama halnya membaca tentang kondisi serta suasana yang ada di dataran Eropa. Ketika antar agama saling menghujat, ketika agama ditelanjangi sebab menjadi biang kerok permasalahan kemanusiaan dan bagaimana ketika kebebasan di atas segalanya. Tentu kita akan menemukan gambaran semacam itu dalam Novel ini.
Gesekan itu terjadi ketika Fahri berulang kali mendapatkan pesan terror di kaca mobil dengan sebutan ISLAM = SATANIC, ISLAM = MONSTER, ISLAM = GO TO THE HELL. Tentu orang-orang biasa yang jika mendapatkan perlakuan seperti ini pastinya tidak betah dan langsung mencari tahu si pelaku tanpa menunggu untuk mencari sebab perbuatan tersebut. Namun, Fahri tidak demikian, sifat rendah hatinya membuat ia bersabar diri mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi hingga ia melakukan itu. Waktu demi waktu bergulir hingga ia tahu bahwa Keira lah yang menulis vandalistis tersebut. Tragedi Bom Kereta Bawah Tanah di London pada tahun 2005 ternyata puncak dari amarahnya. Puncak dari segala harapan yang ia gantungkan. Ayahnya yang selama itu menjadi gantungan dan harapannya tewas dalam peristiwa tersebut. Pemberitaan belakangan mengabarkan bahwa Umat Islam lah yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Itulah sebabnya Keira sangat membenci umat Islam, sekalipun orang tersebut baik sekali.
Berbeda dengan Jason (adik tiri Keira) yang kerjaannya setiap hari mencuri coklat di toko usaha Fahri. Berulang kali CCTV merekam segala aktivitas Jason tersebut. Fahri yang mengetahui laporan bahwa yang mencuri barang di tokonya tersebut adalah Jason, Fahri tidak terburu-buru untuk mensanksinya secara hukum. Justru Fahri membalik logika berfikirnya dengan taktik bagaimana caranya pencurian yang dilakukan oleh Jason justru bisa membuatnya berkawan baik dengannya. inilah yang dilakukan oleh Fahri hingga ia berhasil membalik dugaan Jason terhadap Fahri yang akhirnya bisa membuat Jason menjadi kawan karibnya yang mana nantinya dalam novel tersebut Jason berulang kali minta saran dan pertolongan kepada Fahri tentang problem hidup yang dialami keluarganya, termasuk ibu dan kakak tirinya (Keira). Waktu terus berlanjut yang akhirnya berkat bantuan Fahri (baik motivasi atau pun materi), Jason bisa mencapai impiannya untuk menjadi pemain sepak bola impiannya hingga akhirnya Tuhan mengetuk pintu hatinya untuk menjadi Muallaf meskipun mendapatkan tantangan keras dari Keira.
Keira yang pandai bermain biola, harus mengandaskan segala impiannya ketika ayahnya tewas dalam tragedi bom London 2005. Di tengah-tengah kehampaan harapan tersebut, dengan informasi dari Jason, Fahri secara diam-diam membantu Keira dengan mendatangkan guru les biola bagi Keira untuk mencapai impiannya menjadi menjadi violinis tingkat Internasional, dan impian Keira tersebut berhasil ia dapatkan setelah mendapat berbagai peristiwa yang sangat menegangkan. Keira pun tidak pernah tahu bahwa Fahri adalah orag di balik kesuksesannya menjadi seorang violinis Internasional. Ia juga sempat marah besar terhadap Fahri sewaktu mengetahui Jason ingin menjadi seorang Muallaf. Hingga pada akhirnya Keira mengetahui bahwa Fahri lah orang yang menolong sekaligus menyelamatkan hidupnya.
Lain halnya dengan Nenek Caterina yang hidup seorang diri setelah ditinggal mati oleh suaminya serta ditinggal pergi anak tirinya yang kejam yang bernama Baruch. Bahkan untuk pergi ke Sinagog (Tempat Ibadah kaum Yahudi) nenek Caterina pun harus berjuang sekuat tenaga. Tentu sebagai tetangga, Fahri peka terhadap kondisi nenek Caterina tersebut. Oleh sebab itu, Fahri berusaha untuk menolong mengantar nenek Caterina ke Sinagog. Tetapi perlakuan Jemaat Sinagog itu pun kurang menggembirakan. Mobil Fahri dicegah untuk menurunkan Nenek Caterina. Entah apa kejadian yang sebenarnya terjadi, tetapi Fahri hanya mendengar kata "Amalek" (Dalam novel ini, istilah tersebut akan dibahas dan diperdebatkan oleh Fahri di forum resmi). Baruch yang memiliki hak hukum atas rumah yang dihuni oleh nenek Caterina berulangkali berusaha untuk mengusir nenek tersebut secara paksa dengan bahwa rumah tersebut sudah laku dijual. tetapi nenek Caterina tersebut tidak mau meninggalkan rumah tersebut. Kecintaan nenek Caterina terhadap rumah tersebut, membuat Fahri berfikir agar nenek Caterina dapat tinggal menghabiskan sisa tuanya di rumah tersebut hingga Fahri berjanji ia akan mengembalikan rumah tersebut kepada si nenek. Sebuah peristiwa menemukan Fahri dengan pembeli rumah tersebut yang kemudian dilakukanlah negosiasi hingga secara hukum rumah tersebut bisa dimiliki Fahri dan ia mengizinkan nenek Caterina untuk tinggal di rumah tersebut hingga ajal menjemputnya. suatu kejadian yang mengharukan ialah bahwa nenek Caterina berwasiat untuk menyerahkan rumah tersebut kepada Fahri. Rupanya nenek tersebut belum tahu bahwa rumah tersebut sudah menjadi milik Fahri, hingga pada saat nenek berwasiat, Hebah (Mahasiswa Fahri) memberitahu nenek tersebut bahwa rumah yang nenek tempati adalah rumah Fahri. Ia akhirnya takjub dengan segala kebaikan Fahri kepadanya, tetapi ketakjubannya terhadap Fahri belum mengentuk pintu hati si nenek untuk memeluk Islam.
Sabina, si gadis berhijab gelandangan dan juga buruk rupa yang kerjaannya meminta sedekah, membuat Agama Islam menjadi agama yang diperbincangkan oleh Masyarakat. Untuk mengatasinya, Fahri menolongnya dan diberi tempat tinggal di rumahnya dan sehari-hari ia membantu Fahri untuk beraktifitas dengan memasak dan sebagainya.
Lalu bagaimana dengan Cinta Fahri?
Sulit untuk mengungkapkan kondisi Fahri ketika ditinggal pergi oleh Aishah. Di tengah mekar cintanya Fahri kepada Aishah, ia justru harus kehilangannya. Di tambah lagi tidak ada kejelasan tentang Aishah dan desakan untuk menikah lagi (untuk melupakan Aishah yang diperkirakan tewas) membuat Fahri terus berfikir ulang tawaran yang datang hingga Fahri tidak mau membahasnya.
Tetapi takdir berkata lain, ia berulang kali dipaksa untuk melupakan Aishah dan menikah dengan wanita lain, tawaran tersebut tidak hanya datang dari keluarga Aishah sendiri, tetapi juga dari gurunya sewaktu masih di al-Azhar, Kairo-Mesir. Waktu itu, Syaikh Usman (guru Fahri) datang tidak sendiri, beliau datang ditemani oleh putrinya yang kebetulan Janda tapi tak pernah disentuh oleh lelaki mana pun. Tentu kondisi yang demikian membuat Fahri harus memutar otak lebih keras. Sebagai seorang santri ia tentu tahu bagaimana bersikap di hadapan gurunya, tetapi demi kecintaannya kepada Aishah yang masih diyakininya masih hidup, ia harus menolaknya.
Waktu berganti waktu, Fahri bertemu dengan Hulya pada suatu konser amal kemanusiaan yang digelar oleh Fahri sebelum festival biola yang diikuti Keira, ternyata Hulya merupakan saudara sepupu dari Aishah yang juga jago bermain biola, tidak hanya itu Hulya juga memiliki kesamaan Gen dengan Aishah. Waktu terus bergulir yang akhirnya menyatukan Fahri dengan Hulya.
Tetapi di awal pernikahan, Hulya belum belum pernah merasakan nikmatnya sebagai seorang Istri. Beruntung ada Sabina yang bisa diajak curhat oleh Sabina. Tetapi anehnya Sabina tahu tentang Fahri sehingga Sabina mudah untuk memberikan pendapat kepada Hulya sehingga pada Akhirnya Hulya bisa merasakan kenikmatannya sebagai seorang Istri.
Tetapi pernikahan Hulya dan Fahri tidak berlangsung lama. Setelah mempunyai seorang anak, Hulya harus pergi meninggalkan dunia untuk selamanya lewat peristiwa penikaman berdarah. Satu wasiat yang disampaikan Hulya ialah agar Fahri bisa menikahi Sabina, dan agar anaknya ingat pada ibunya, Hulya bersedia mendonorkan wajahnya kepada Sabina.
Ketika Sabina sedang dirawat di Rumah Sakit untuk perwatan Wajah, Fahri mencari tahu tentang Jati diri sabina sebenarnya hingga pada akhirnya Fahri mengetahui bahwa Sabina adalah Aishah yang selama ini dicarinya.
(Surabaya, 24 Januari 2017)
Membaca novel tersebut sama halnya membaca tentang kondisi serta suasana yang ada di dataran Eropa. Ketika antar agama saling menghujat, ketika agama ditelanjangi sebab menjadi biang kerok permasalahan kemanusiaan dan bagaimana ketika kebebasan di atas segalanya. Tentu kita akan menemukan gambaran semacam itu dalam Novel ini.
Gesekan itu terjadi ketika Fahri berulang kali mendapatkan pesan terror di kaca mobil dengan sebutan ISLAM = SATANIC, ISLAM = MONSTER, ISLAM = GO TO THE HELL. Tentu orang-orang biasa yang jika mendapatkan perlakuan seperti ini pastinya tidak betah dan langsung mencari tahu si pelaku tanpa menunggu untuk mencari sebab perbuatan tersebut. Namun, Fahri tidak demikian, sifat rendah hatinya membuat ia bersabar diri mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi hingga ia melakukan itu. Waktu demi waktu bergulir hingga ia tahu bahwa Keira lah yang menulis vandalistis tersebut. Tragedi Bom Kereta Bawah Tanah di London pada tahun 2005 ternyata puncak dari amarahnya. Puncak dari segala harapan yang ia gantungkan. Ayahnya yang selama itu menjadi gantungan dan harapannya tewas dalam peristiwa tersebut. Pemberitaan belakangan mengabarkan bahwa Umat Islam lah yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Itulah sebabnya Keira sangat membenci umat Islam, sekalipun orang tersebut baik sekali.
Berbeda dengan Jason (adik tiri Keira) yang kerjaannya setiap hari mencuri coklat di toko usaha Fahri. Berulang kali CCTV merekam segala aktivitas Jason tersebut. Fahri yang mengetahui laporan bahwa yang mencuri barang di tokonya tersebut adalah Jason, Fahri tidak terburu-buru untuk mensanksinya secara hukum. Justru Fahri membalik logika berfikirnya dengan taktik bagaimana caranya pencurian yang dilakukan oleh Jason justru bisa membuatnya berkawan baik dengannya. inilah yang dilakukan oleh Fahri hingga ia berhasil membalik dugaan Jason terhadap Fahri yang akhirnya bisa membuat Jason menjadi kawan karibnya yang mana nantinya dalam novel tersebut Jason berulang kali minta saran dan pertolongan kepada Fahri tentang problem hidup yang dialami keluarganya, termasuk ibu dan kakak tirinya (Keira). Waktu terus berlanjut yang akhirnya berkat bantuan Fahri (baik motivasi atau pun materi), Jason bisa mencapai impiannya untuk menjadi pemain sepak bola impiannya hingga akhirnya Tuhan mengetuk pintu hatinya untuk menjadi Muallaf meskipun mendapatkan tantangan keras dari Keira.
Keira yang pandai bermain biola, harus mengandaskan segala impiannya ketika ayahnya tewas dalam tragedi bom London 2005. Di tengah-tengah kehampaan harapan tersebut, dengan informasi dari Jason, Fahri secara diam-diam membantu Keira dengan mendatangkan guru les biola bagi Keira untuk mencapai impiannya menjadi menjadi violinis tingkat Internasional, dan impian Keira tersebut berhasil ia dapatkan setelah mendapat berbagai peristiwa yang sangat menegangkan. Keira pun tidak pernah tahu bahwa Fahri adalah orag di balik kesuksesannya menjadi seorang violinis Internasional. Ia juga sempat marah besar terhadap Fahri sewaktu mengetahui Jason ingin menjadi seorang Muallaf. Hingga pada akhirnya Keira mengetahui bahwa Fahri lah orang yang menolong sekaligus menyelamatkan hidupnya.
Lain halnya dengan Nenek Caterina yang hidup seorang diri setelah ditinggal mati oleh suaminya serta ditinggal pergi anak tirinya yang kejam yang bernama Baruch. Bahkan untuk pergi ke Sinagog (Tempat Ibadah kaum Yahudi) nenek Caterina pun harus berjuang sekuat tenaga. Tentu sebagai tetangga, Fahri peka terhadap kondisi nenek Caterina tersebut. Oleh sebab itu, Fahri berusaha untuk menolong mengantar nenek Caterina ke Sinagog. Tetapi perlakuan Jemaat Sinagog itu pun kurang menggembirakan. Mobil Fahri dicegah untuk menurunkan Nenek Caterina. Entah apa kejadian yang sebenarnya terjadi, tetapi Fahri hanya mendengar kata "Amalek" (Dalam novel ini, istilah tersebut akan dibahas dan diperdebatkan oleh Fahri di forum resmi). Baruch yang memiliki hak hukum atas rumah yang dihuni oleh nenek Caterina berulangkali berusaha untuk mengusir nenek tersebut secara paksa dengan bahwa rumah tersebut sudah laku dijual. tetapi nenek Caterina tersebut tidak mau meninggalkan rumah tersebut. Kecintaan nenek Caterina terhadap rumah tersebut, membuat Fahri berfikir agar nenek Caterina dapat tinggal menghabiskan sisa tuanya di rumah tersebut hingga Fahri berjanji ia akan mengembalikan rumah tersebut kepada si nenek. Sebuah peristiwa menemukan Fahri dengan pembeli rumah tersebut yang kemudian dilakukanlah negosiasi hingga secara hukum rumah tersebut bisa dimiliki Fahri dan ia mengizinkan nenek Caterina untuk tinggal di rumah tersebut hingga ajal menjemputnya. suatu kejadian yang mengharukan ialah bahwa nenek Caterina berwasiat untuk menyerahkan rumah tersebut kepada Fahri. Rupanya nenek tersebut belum tahu bahwa rumah tersebut sudah menjadi milik Fahri, hingga pada saat nenek berwasiat, Hebah (Mahasiswa Fahri) memberitahu nenek tersebut bahwa rumah yang nenek tempati adalah rumah Fahri. Ia akhirnya takjub dengan segala kebaikan Fahri kepadanya, tetapi ketakjubannya terhadap Fahri belum mengentuk pintu hati si nenek untuk memeluk Islam.
Sabina, si gadis berhijab gelandangan dan juga buruk rupa yang kerjaannya meminta sedekah, membuat Agama Islam menjadi agama yang diperbincangkan oleh Masyarakat. Untuk mengatasinya, Fahri menolongnya dan diberi tempat tinggal di rumahnya dan sehari-hari ia membantu Fahri untuk beraktifitas dengan memasak dan sebagainya.
Lalu bagaimana dengan Cinta Fahri?
Sulit untuk mengungkapkan kondisi Fahri ketika ditinggal pergi oleh Aishah. Di tengah mekar cintanya Fahri kepada Aishah, ia justru harus kehilangannya. Di tambah lagi tidak ada kejelasan tentang Aishah dan desakan untuk menikah lagi (untuk melupakan Aishah yang diperkirakan tewas) membuat Fahri terus berfikir ulang tawaran yang datang hingga Fahri tidak mau membahasnya.
Tetapi takdir berkata lain, ia berulang kali dipaksa untuk melupakan Aishah dan menikah dengan wanita lain, tawaran tersebut tidak hanya datang dari keluarga Aishah sendiri, tetapi juga dari gurunya sewaktu masih di al-Azhar, Kairo-Mesir. Waktu itu, Syaikh Usman (guru Fahri) datang tidak sendiri, beliau datang ditemani oleh putrinya yang kebetulan Janda tapi tak pernah disentuh oleh lelaki mana pun. Tentu kondisi yang demikian membuat Fahri harus memutar otak lebih keras. Sebagai seorang santri ia tentu tahu bagaimana bersikap di hadapan gurunya, tetapi demi kecintaannya kepada Aishah yang masih diyakininya masih hidup, ia harus menolaknya.
Waktu berganti waktu, Fahri bertemu dengan Hulya pada suatu konser amal kemanusiaan yang digelar oleh Fahri sebelum festival biola yang diikuti Keira, ternyata Hulya merupakan saudara sepupu dari Aishah yang juga jago bermain biola, tidak hanya itu Hulya juga memiliki kesamaan Gen dengan Aishah. Waktu terus bergulir yang akhirnya menyatukan Fahri dengan Hulya.
Tetapi di awal pernikahan, Hulya belum belum pernah merasakan nikmatnya sebagai seorang Istri. Beruntung ada Sabina yang bisa diajak curhat oleh Sabina. Tetapi anehnya Sabina tahu tentang Fahri sehingga Sabina mudah untuk memberikan pendapat kepada Hulya sehingga pada Akhirnya Hulya bisa merasakan kenikmatannya sebagai seorang Istri.
Tetapi pernikahan Hulya dan Fahri tidak berlangsung lama. Setelah mempunyai seorang anak, Hulya harus pergi meninggalkan dunia untuk selamanya lewat peristiwa penikaman berdarah. Satu wasiat yang disampaikan Hulya ialah agar Fahri bisa menikahi Sabina, dan agar anaknya ingat pada ibunya, Hulya bersedia mendonorkan wajahnya kepada Sabina.
Ketika Sabina sedang dirawat di Rumah Sakit untuk perwatan Wajah, Fahri mencari tahu tentang Jati diri sabina sebenarnya hingga pada akhirnya Fahri mengetahui bahwa Sabina adalah Aishah yang selama ini dicarinya.
(Surabaya, 24 Januari 2017)
Tidak ada komentar: