Breaking News

Menyelamatkan Marwah Kopi


Saya duduk sendiri di salah satu warkop lesehan di pinggir jalan setapak yang tidak jauh dari sebuah Masjid kampung untuk menghabiskan waktu luang. Sembari menyruput kopi yang sudah saya pesan, saya menghisap rokok kretek demi memunculkan sebuah inspirasi dan memunculkan sebuah ide. Sebab salah satu hobi saya adalah mikir, itulah sebabnya kawan saya sering menjuluki saya sebagai “pengangguran bersahaja” yang walaupun nganggur tetapi masih tetep hobi mikir bangsa dan negara, termasuk mikir diri sendiri yang sampai saat ini sering ketikung oleh teman sendiri. Semoga status yang akhir ini segera berakhir.

Kepulan asap rokok memenuhi ruangan beserta suara-suara manusia bak pasar bebek yang menandakan betapa ramainya pengunjung yang memenuhi warkop tersebut.

Warkop lesehan ini lebih dari sekedar warkop sederhana yang hanya menyediakan kopi dan jajanan gorengan. Warkop ini sudah termodernisasi dengan perkembangan zaman yang berkembang pesat dengan berbagai teknologi canggih yang ada di sekitar ruangan yang mengingatkanku dengan film Transformer yang penuh dengan barang-barang elektronik. Kebetulan waktu itu Tipi menyala dengan menayangkan sidang"Kopi Jessica"yang entah udah berapa puluh sidang yang telah ia jalani tanpa ada titik terang. "Sidang Kopi Jessica tidak untuk mencari lagi siapa yang salah dan siapa yang benar, tetapi untukmencari siapa yang menang" Gumamku dengan membandingkan berbagai persidangan di tanah air dengan terdakwa lain yang telah lalu.

Tapi kenapa harus kopi yang disangketakan, seakan-akan kopi itu mengandung zat beracun” Gumamku.

Mungkin ini salah satu program pemerintah sengaja memperpanjang sidang Jessica untuk menurunkan jumlah perokok aktif di Indonesia. Apalagi kopi terkenal sebagai pasangan intim bagi rokok. Maka pemerintah memanfaatkan sidang ini sebagai sarana sosialisasi pada masyarakat luas bahwa kopi itu beracun dengan sengaja memperpanjang kasus tersebut.

Memang pemerintah saat ini sedang gencar-gencarnya mengkampanyekan anti rokok. Salah satunya dengan hestek "Merokok Membunuhmu", tetapi tampaknya usaha ini gagal. Terbukti bahwa jumlah perokok masih tinggi, apalagi saya ingat ada celetukan dari tetanggaku "Justru akan membunuhku kalo aku ga' ngerokok". Hehehe....

Selama ini kopi lebih sering digunakan sebagai alat politisasi segelintir kelompok untuk mencapai tujuan mereka, seakan-akan kopi menjadi yang tertuduh. Saya masih ingat beberapa waktu lalu ada orang dengan jenggot dan celana cingkrang datang ke warkop sambil marah-marah. Ia marah sebab Masjid kalah ramai dengan Warkop, saat adzan pun orang-orang yang nyangkruk di warkop tidak mau berangkat ke Masjid.

Ya.. Memang kopi merupakan minuman saat galau melanda, termasuk saat ditinggal nikung oleh pacar. Namun ketika bertriliyunan kesedihan yang ada, ketika kita minum kopi, kita akan menemukan berjuta inspirasi, dan solusi berbagai permasalahan yang ada. Maka layak dikatakan bahwa kopi adalah minuman Surga di dunia, dan di warkop kita bisa kumpul bareng sambil ngopi, maka warkop pun layak dijuluki Miniatur Surga di dunia sehingga orang-orang ga mau meninggalkan surga walau adzan berkumandang. Hehe..

Kebanyakan orang-orang hanya melihat sesuatu dari sisi negatifnya,  tanpa memperdulikan sisi positifnya. Demikian juga kopi yang dipandang hanya darisisi buruknya tanpa memperhatikan sisi manfaatnya, yakni dianggap menjauhkan seseorang dari agamanya termasuk terhadap Tuhannya.
Saya ingat ceramah ustadz di salah satu kampus swasta beberapa waktu lalu. Sang Ustadz berdalil bahwa ada perintah dalam al-Quran yang memerintahkan manusia untuk tidak merusak atau pun membunuh dirinya sendiri. Entah mengapa sang ustadz ini tiba-tiba menghubungkan dalil ini dengan rokok. Lalu apa hubungannya dengan kopi? Ya.. kopi dianggap minuman yang membantu atau menstimulusseseorang untuk merokok hingga sang ustadz menyamakan kopi dengan alat pembunuh. Sungguh aneh...

Sepertinya orang-orang semacam itu perlu diajak untuk ngopi bareng dan merasakan betapa enak dan manfaatnya minuman surgawi itu.

Kopi biasanya digunakan oleh orang yang hobi sholat malam di mana kopi bisa membetahkan mata untuk melek. Kopi pun menjadi bahan komentar dari para ulama sufi baik lokal ataupun internasional tentang kehebatan dan manfaatnya. Dengan begitu pantas jika saya juluki bahwa kopi adalah minuman surga di dunia.

Tak terasa diriku sudah lama duduk lesehan di warkop. Saatnya meninggalkan aktivitas ngopi sehari-hari ini. sebenarnya saya tak ingin meninggalkan miniatur surga ini, tetapi waktu yang terus bergulir yang memerintahkan jiwa dan raga ini untuk pergi.

"Wahai kopi sang minuman surgawi. Semoga kau selalu bersamaku dan menemani hari-hariku". Gumamku sambil berjalan meninggalkan warkop.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.