Menanti Kisah Keluarga Cemara
Bagaimana perasaan seseorang ketika mereka dipaksa meninggalkan titik kenyamanan dalam
hidup?
Dulu kebutuhan sekunder sanggup terbeli, tetapi setelah roda
kehidupan berputar 180 derajat, jangankan kebutuhan sekunder, untuk membeli kebutuhan primer pun harus
bersusah payah terlebih dahulu.
Itulah yang digambarkan dalam sebuah film “Keluarga
Cemara”, sebuah film yang pernah hadir di layar kaca Indonesia pada tahun 1996
hingga 2004. Tentunya bagi yang lahir di atas tahun 2000, akan sangat asing
terhadap film tersebut. Tetapi tidaklah asing bagi yang lahir sebelum tahun
tersebut.
Film yang digarap oleh Arswendo Atmowiloto
secara ringkas menceritakan tentang keseharian sebuah keluarga yang terdiri
dari Emak, Abah, Euis, Agil dan Ara yang bekerja apa adanya demi sekedar untuk
mengarungi hidup. Keluarga yang saling menyayangi satu sama lain, Abah yang
dulunya pengusaha sukses dan kini menjadi penarik becak hingga Euis yang rela
berjualan opak keliling untuk sekedar membantu kehidupannya. Semuanya
tersajikan secara gamblang.
Meski remake dari film tersebut akan meanghiasai
layar bioskop pada 3 Januari 2019 mendatang, tetapi berbagai kanal media telah
dihiasi oleh berbagai cuplikan disertai bumbu backsong “harta berharga” yang
dinyanyikan oleh Bunga Citra Lestari menambah sakralitas film yang pernah berjaya
pada zamannya.
Digarap dengan gaya kekinian serta sinematografi
yang lebih modern sepertinya akan lebih menguras emosi para penonton, meskipun
berbagai tokoh akan diperankan oleh artis yang berbeda. Hal tersebut dituliskan
dari berbagai komentator yang tersaji dalam cuplikan tersebut.
Hm.. Rasanya saya ingin cepat-cepat menonton
sebuah film yang mengangkat tagline #kembalikekeluarga. Sebuah film dengan konflik
yang menguji sebuah kebersamaan di dalam keluarga. Bagaimana dengan kamu?
Tidak ada komentar: