Muallaf Sunat

Kisah ini datangnya dari guru saya ketika
beliau menjelaskan perihal Muallaf (Orang yang baru masuk Islam dengan membaca
dua kalimat Syahadat).
Beliau menuturkan bahwasanya suatu ketika
ada seorang keturunan Tionghoa (China) menghadap seorang kyai lantaran ingin
menjadi seorang muslim. Lantas saja, kyai tersebut memerintahkan untuk
memantapkan hatinya terlebih dahulu, bila dia memang belum mantap dengan agama
Islam, kyai tersebut untuk pulang sehingga hatinya mantap terlebih dahulu untuk
memeluk Islam.
Setelah calon mualaf tersebut tegas dan
mantap untuk memeluk agama Islam, barulah kemudian sang kyai menuntun secara
perlahan untuk membaca dua kalimat Syahadat.
*****
Panggilan Tuhan melalui kumandang adzan
mulai sayup-sayup terdengar dari toa surau di seberang jalan, menandakan agar
manusia segera menegakkan sholat sekedar menunaikan panggilan mulia tersebut.
Lantas seketika sang kyai mengajak sang
muallaf tersebut untuk berjamaah di surau tersebut.
“Ngapunten Kyai, Saya baru saja
masuk Islam, jadi saya masih belum bisa sholat”, sergah sang muallaf ketika
mendapat ajakan dari kyai tersebut. Tentunya jawaban tersebut adalah jawaban
yang wajar bagi orang yang baru memeluk Agama Islam ketika diajak langsung
beribadah.
“Ouh… ndak usah khawatir, yang
penting nanti pada waktu sholat ikutin saja apa yang dilakukan oleh jama’ah di sekitarmu”,
jawab Kyai seraya meyakinkan.
****
Sang muallaf baru saja menyejajarkan kedua telapak
tangannya dengan kedua telinganya sembari mengucapkan takbir, tanda dimulainya
sholat.
Sang muallaf berada di shaf kedua, selisih
satu baris dengan kyai yang menjadi imam sholat. Tak disangka di belakang mualaf
tersebut terdapat dua anak kecil (anggap saja namanya Eby dan Sumrie) yang
penasaran dengan mualaf tersebut.
“Sum.. di depan ada muallaf. Kira-kira orang
itu sudah sunat apa belum?” bisik Eby kepada Sumrie.
“Iya bi.. aku ya penasaran sama orang itu,
ayo by dibuktikan” jawab Sumrie sambil berbisik.
Keduanya sepakat untuk mencari bukti jawaban
dari rasa penasaran mereka. Tiba-tiba saja, Eby maju setapak demi setapak,
kemudian tiba-tiba meremas kandung kemih dari muallaf tersebut hingga
menyebabkan muallaf tersebut kaget tidak karuan.
Kacaunya, demi menuruti perintah kyainya
untuk melakukan apa yang dilakukan oleh jama’ah di sekitarnya, tiba-tiba saja
sang muallaf maju melangkahi satu shof di depannya, hingga dia juga meremas kandung
kemih sang kyai yang menjadi Imam Sholat.
****
Di tengah ingatan saya tentang peristiwa
tersebut, tiba-tiba saja ada chat masuk di salah satu grup WA saya. Chat
tersebut menginformasikan bahwa nanti malam di salah satu pondok ada orang yang
mau memeluk Agama Islam, jadi yang punya buku Keislaman khususnya Keaswajaan
agar bersedia diberikan kepada Muallaf tersebut.
Salah satu anggota grup menjawab. “Biasanya
kalau di pondok harus dikerjain dulu sama santri-santri. Enaknya diapain ya??”
Tanpa rasa berdosa, saya pun menjawab. “Disunat
riyen mawon” (disunat dulu saja).
Tidak ada komentar: